Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Senin, 25 Agustus 2008

The Four Disciplines of Execution 2

Displin kedua menurut Covey adalah adanya papan skor. Lengkapnya begini: create a compelling score board. Ini tentunya setelah disiplin pertama dilakukan dengan konsisten, yaitu fokus pada tujuan yang sangat-sangat penting (lihat artikelnya). Mengapa sih harus ada papan skor? Jawabnya adalah karena kita selalu ingin tahu posisi dan perkembangan menuju tujuan. Misalnya waktu kita baru gabung dengan penonton-penonton pertandingan Euro, otomatis yang pertama kita cek adalah berapa-berapa sih skornya. In English: what's the score?

Hati-hati ya dalam Bahasa Inggris bukan: how many the score? Lucu kan (tapi ini cerita lain - Y Pan). Balik lagi ke skor, intinya adalah dorongan manusiawi untuk tahu keadaan. Contoh lain sering terjadi dengan Aisyah, anak kami. Kalau kami jalan jauh, ke Palembang katakanlah, sering banget dia nanya: 'Masih lama nggak Yah?' Sekali dijawab dengan 'Lima jam lagi,' kontan dia nyahut, 'Kelamaan.' Kita sih sering bilang biar dia tidur aja biar cepet sampe. Ampuh juga. Sementara. Entar dia pasti nanya lagi. Masih lama nggak? Masih jauh ya?

Mengetahui skor adalah hal penting. Kita jadi tahu harus ngapain. Apakah tidur aja biar cepet tiba di tujuan seperti Aisyah? Ataukah nginjek gas lebih cekatan biar nyalibnya lebih kenceng dan mulus? Ataukah justru berhenti dulu buat makan atau ngisi bensin? Intinya skor itu penting. Covey mengatakan skor yang mesti dibuat harus diturunkan dari WIGs yang sudah ditentukan. Kan nggak lucu kalau tujuan kami ke Palembang dari Bekasi, terus si Aisyah sibuk nanya terus jauhnya Medan atau Surabaya. Nggak relevan lah. Kalau buat pengetahuan dia aja nggak masalah, asal nanyanya sekedar aja. Masak keseringan sambil ngotot lagi.

Kalau tujuan organisasi kita adalah memuaskan pelanggan, tentu kita perlu dong bikin survey. Puas nggak mereka? Nanyanya jangan ke pihak yang lain, misalnya ke konsultan. Nggak kena, kecuali kalau memang kita menyewa konsultan buat nanya ke pelanggan kita. Kalau kualitas produk yang konsisten adalah hal paling penting buat organisasi kita, tentu kita perlu mengukur dan memonitornya. Misalnya kalau jualan pempek kapal selam, kita nggak ingin sekali waktu beratnya 200 gram, lain waktu 50 gram, lain waktu lagi 150 gram. Mungkin kita perlu cek bahwa pegawai kita membuat tiap biji kapal selam antara 97 hingga 103 gram. Kalau nggak, ntar rugi loh atau pelanggan yang lari.

Itu tadi yang pertama. Skor harus terkait dengan WIGs. Yang kedua, skor harus ditampilkan menarik, atraktif. Menarik atau atraktif memang relatif. Untuk kasus tertentu perlu dihias dan ditempatkan sedemikian rupa agar mudah terlihat. Untuk kasus lain, cukup pengumuman berkala lewat speaker, seperti ke Aisyah atau kayak di Gambir. Eh, nggak ya, mestinya Gambir bisa lebih baik deh (tapi ini cerita lain). Saya rasa Anda paham yang saya maksud. Kadarnya bisa beda-beda. Prinsipnya papan skor harus dibuat agar yang berkepentingan dapat kembali ngecek dan ngecek dengan mudah. Kalau perlu website khusus di intranet perusahaan, ya silakan saja.

Skor atau indikator memiliki dimensi waktu lho. Ada yang sifatnya realtime. Jarum speedometer, misalnya. Ada yang bersifat lagging. Misalnya skor akhir pertandingan. Ada yang bersifat leading. Misalnya rata-rata tingkat pendidikan suatu masyarakat merupakan indikator awal (leading) produktivitas dan kemakmuran masyarakat tersebut. Yang mana yang penting? Semuanya! Indikator akhir (lagging) sebetulnya yang menentukan dan bersifat final. Ia menunjukkan hasil. Indikator saat ini (realtime) dapat men-trigger perubahaan tindakan yang bersifat jangka pendek, misalnya nginjak gas atau justru ngerem. Indikator awal (leading) dapat menjadi dasar antisipasi jangka panjang.

Nah, selain memiliki dimensi waktu, indikator atau ukuran juga memiliki tingkat keefektifan (bukan efektivitas karena di bahasa asalnya nggak dikenal effectivity - Y Pan). Ada beberapa kriteria penentunya, sebagai berikut.
- Seberapa akurat ia mencerminkan progres menuju gol? Kalau jarak ke Medan yang dipantau padahal tujuan ke Palembang dari Bekasi, si pengemudi harus mempertimbangkan ganti indikator.
- Apakah inputnya mudah dimanipulasi? Misalnya penjualan naik, tapi tingkat retur juga naik. Produk cepat masuk pasar, tapi kualitas jelek. Kalau mudah dimanipulasi seperti itu, ganti aja secara iteratif.
- Apakah ia dalam kontrol atau sepenuhnya di luar kontrol? Nggak mungkin kan menugaskan penumpang yang tidak mengemudi untuk mempercepat laju.
- Apakah ia mendorong perilaku yang benar?
- Apakah ia juga mengukur hasil dan bukan hanya aktivitas?
- Apakah ia benar-benar dapat dicapai?
- Apakah manfaatnya lebih tinggi dari biaya untuk menyediakannya?

Semakin banyak kriteria terpenuhi, semakin efektif indikator tersebut. Selamat mencoba ya. Jangan takut salah karena ini proses iteratif. Mulailah dari diri sendiri, kemudian perluas pengaruh Anda ke tim, kemudian ke perusahaan, kemudian ke masyarakat, dan akhirnya ke dunia. TAPI mulai dari diri aja dulu. A small step could be a beginning of a great journey.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed